TERIMA KASIH ANDA MAU BERKUNJUNG DI BLOG KAMI, SEMOGA INFORMASI YANG KAMI SAJIKAN BERMANFAAT BUAT ANDA

Wednesday, February 17, 2010

SEJARAH AGAMA BUDDHA DI KALIBATUR. Bagian 2

Kali ini saya ingin melanjutkan cerita sebelumnya mengenai perkembangan agama buddha di kalibatur yang belum sempat saya ceritakan karena harus mengumpulkan data lebih dulu dari narasumber, mudah-mudahan temen temen masih berminat untuk membacanya, terima kasih sebelumnya telah meluangkan waktunya untuk membaca ceritaku ini, ok langsung saja kita mulai..!

Setelah pembangunan cetiya giri pura selesai di tahun 1980 kegiatan umat menjadi lebih lancar dan tentunya umat menjadi lebih fokus dalam belajar buddha dhamma selain itu komunikasi dengan umat buddha di daerah lain juga semakin terjalin dengan baik bahkan pada waktu itu rutin di adakan pertemuan antar tokoh dan umat yang di ikuti 3 kabupaten yaitu banyumas, kebumen dan cilacap bahkan pernah juga dari kabupaten bajarnegara yang di laksanakan di buntu (banyumas) bahkan kira kira tahun 1984 berdiri sekolah pendidikan agama buddha PGAB Mpu Tantular yang di ketuai oleh Bapak Cipto Wardojo. Dengan berdirinya sekolah ini tentunya membawa peluang besar bagi generasi muda buddhis untuk berperan serta memajukan agama buddha. Umat buddha kalibatur menyambut positif dengan mengirimkan anak didik untuk menempuh pendidikan di PGAB Mpu Tantular dan ternyata memang hasilnya sungguh sangat menggembirakan karena agama buddha di kalibatur semakin maju dan bahkan hampir seluruh lulusan PGAB mpu tantular yang berasal dari kalibatur sekarang sudah menjadi pegawai negeri sebagai guru agama buddha yang tersebar dibeberapa propinsi di jawa dan sumatera. untuk itu rasanya nggak berlebihan kalau melalui tulisan ini saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada Bpk cipto wardojo(alm) sebagai pendiri yayasan Mpu Tantular walaupun saya bukan alumninya. Sekolah ini berdiri sampai kira-kira tahun 94 karena pemerintah mengeluarkan peraturan untuk menghapus PGA di seluruh indonesia, kira2 begitu, lanjut lagi ceritanya. Dari tahun 1986 – 1999 hampir tiap tahun umat buddha kalibatur selalu merayakan waisak secara meriah dengan menampilkan pentas seni hasil kreasi muda mudi buddhis kalibatur karena selain kegiatan ritual kita juga mengadakan kegiatan lain, baik kegiatan seni maupun kegiatan sosial dll, bahkan umat mengadakan kegiatan simpan pinjam yang hasilnya digunakan seluruhnya untuk kegiatan operasional vihara karena dari awal berdiri seluruh dana operasional berasal dari swadaya umat. Selama hampir 27 tahun berdiri vihara giri pura sudah mengalami 2 kali renovasi dan pada tahun 2006 kami merasa perlu untuk merenovasi total bangunan vihara karena struktur tembok bangunannya juga sudah rapuh, disamping itu juga ruangan vihara dirasa sudah tidak cukup untuk menampung jumlah umat pada saat puja bhakti, sehingga pada pertengahan tahun 2007 renovasi total bangunan vihara giri pura mulai dilaksanakan dan pembangunannya selesai tahun 2008, sumber dana yang digunakan berasal dari sumbangan para donatur dan simpatisan buddhis di seluruh indonesia, mengenai fotomorfosis vihara dan nama2 donatur akan saya muat di artikel selanjutnya mudah2an bisa segera diposting, jadi temen2 bisa mendapatkan informasinya. Kira-kira begitu ceritanya temen2, soalnya dah habis kosakatanya, maklumlah bukan penulis dan ga paham sama sekali teknik menulis, modalnya hanya nekad dan niat baik, mudah-mudahan bisa diterima.

By jayamangala

Friday, February 12, 2010

SEJARAH AGAMA BUDDHA DI KALIBATUR

• Bapak Karjono dipo
• (alm)Mbah sastro
• (Alm). Bapak nawir
• (alm). Cipto wardoyo
• Bapak Manreja

Mungkin temen-temen bingung dengan nama nama diatas, memang sengaja saya cantumkan diawal sebagai wujud terima kasih dan penghargaan kami kepada beliau-beliau karena tokoh-tokoh inilah yang berperan dan berjuang mengembangkan Buddha Dhamma di kalibatur. Sebenarnya masih banyak tokoh yang lain yang ikut berperan tapi tidak saya cantumkan tanpa bermaksud ingin melupakan atau mengurangi rasa terima kasih dan penghargaan kami. Apa yang saya ceritakan adalah hasil wawancara saya dengan salah satu tokoh diatas yaitu Bapak Manreja dan sekarang saya akan bagikan kepada rekan-rekan dan para pembaca semua, namun mungkin ini hanya cerita singkat, walaupun begitu mudah-mudahan cukup untuk memberikan gambaran kepada pembaca semua. Ok temen-temen langsung saja kita mula ya….!

1. tahun 1967 – 1980

Bapak Karjono dipo ( purwodadi ) dan (alm) mbah Sastro ( purwodadi ) mulai mengembangkan Agama Buddha di kalibatur sekitar pertengahan tahun 1967, mereka merupakan tokoh pemrakarsa, sebelum sampai ke kalibatur mereka lebih dulu mengenalkan agama Buddha ke masyarakat kedung gondang, mungkin temen –temen perlu ketahui kalau kedung gondang dan kalibatur merupakan nama dusun yang masih berada dalam satu wilayah desa yaitu desa giyanti. Kita lanjut ceritanya…, setelah rutin mengadakan kegiatan puja bhakti dan ceramah di kedung gondang kemudian mereka mulai mengenalkan agama Buddha di kalibatur, bersama bapak nawir ( kedung gondang ) . mereka awalnya mengadakan kegiatan di rumah bapak Manreja, bapak manreja ini merupakan tokoh yang pertama kali ikut berperan aktif dalam pengembangan Buddha dhamma di kalibatur, yang kemudian nantinya di ikuti yang lainnya diantaranya bpk Karyasentana, bpk Madaris Bpk Partareja dll. Selama hampir 12 tahun perkembangannya sejak tahun 1967 – 1980 kemajuannya boleh dibilang sangat pesat baik secara kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu dengan semakin banyaknya umat maka dirasa perlu untuk memiliki tempat ibadah yang lebih memadai, karena selama ini kegiatan puja bhakti dan ceramah di laksanakan di rumah bapak Manreja yang menghibahkan rumahnya untuk di jadikan tempat puja bhakti. Sehingga pada tahun 1980 di sepakati untuk membangun vihara secara gorong royong, vihara tersebut dibangun diatas sebidang tanah yang berukuran 6 x 8m yang dihibahkan oleh bapak Partareja, dengan penuh semangat umat bergotong royong membangun vihara sehingga pada tahun 1981 pembangunan vihara sudah bisa diselesaikan dan diberi nama Vihara Giri Pura , sejak saat itu umat Buddha kalibatur telah resmi memiliki vihara sendiri. Bersambung…….!!!